London, Inggris –Harga emas diprediksi akan terus menanjak tajam dalam waktu dekat, dengan potensi menembus level USD3.500 per troy ons, seiring meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan gejolak geopolitik global.
Analis pasar dari lembaga keuangan ternama seperti Morgan Stanley dan UBS memperkirakan bahwa lonjakan harga ini didorong oleh kombinasi faktor makroekonomi, termasuk inflasi yang tinggi, ketegangan antara negara-negara besar, serta kekhawatiran akan potensi koreksi pasar saham global.
“Saat volatilitas meningkat, investor berbondong-bondong mencari perlindungan nilai. Emas tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian,” ujar Daniel Kwan, Kepala Strategi Komoditas UBS.
Arus Modal Beralih ke Emas
Fenomena “flight to safety” kini kembali mendominasi pasar global. Investor ritel maupun institusional mulai mengalihkan portofolio mereka ke emas, baik dalam bentuk emas fisik, kontrak berjangka, maupun Exchange-Traded Funds (ETF) berbasis logam mulia.
Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa permintaan global terhadap emas naik lebih dari 25% dalam tiga kuartal terakhir, dengan pembelian terbesar berasal dari bank sentral negara berkembang dan investor Asia.
“Kami melihat lonjakan permintaan dari India, Tiongkok, dan negara-negara Teluk. Di sisi lain, cadangan emas bank sentral juga meningkat, mencerminkan kekhawatiran atas nilai tukar dan stabilitas ekonomi,” jelas laporan mingguan WGC.
Tekanan Terhadap Dolar dan Pasar Saham
Kelemahan dolar AS akibat prospek pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed turut memperkuat posisi emas sebagai aset alternatif. Di saat yang sama, penurunan tajam pada indeks saham global membuat banyak investor mulai memutar haluan dari aset berisiko tinggi ke instrumen safe-haven seperti emas.
“Jika tekanan geopolitik di Timur Tengah atau Asia Timur meningkat, USD3.500 bukan hanya kemungkinan, tapi menjadi target realistis,” tambah Kwan dari UBS.
Prospek Jangka Panjang
Para analis memperkirakan harga emas akan tetap tinggi setidaknya hingga pertengahan 2026, tergantung pada kondisi makro global dan stabilitas sektor keuangan. Beberapa bahkan menyebut bahwa revisi kebijakan suku bunga dan risiko stagflasi dapat mendorong harga emas ke rekor tertinggi dalam sejarah modern.