Oleh Dr.drh.Petrus Malo Bulu, MVSc
Universitas atau kampus sering kali hanya dipandang sebagai institusi pendidikan dan penelitian. Padahal, di balik itu semua, kampus sesungguhnya adalah lokomotif ekonomi daerah. Ribuan mahasiswa, dosen, dan staf yang beraktivitas setiap hari menciptakan denyut ekonomi yang berkelanjutan. Kalender akademik bahkan sering kali ikut menentukan irama bisnis di kota: ketika mahasiswa datang, perekonomian berputar kencang; saat libur panjang, banyak usaha ikut melambat.
Singkatnya, kampus adalah jangkar ekonomi, bukan sekadar pabrik pencetak sarjana.
📊 Alur Hubungan Kampus dan Ekonomi Lokal
Yogyakarta: Kota Pelajar sebagai Mesin Ekonomi
Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar dengan lebih dari 100 perguruan tinggi dan sekitar 300 ribu mahasiswa. Kehadiran mahasiswa menghidupi ekosistem kos-kosan, warung makan, transportasi, hingga hiburan. Wisuda dan acara kampus mendongkrak hotel dan restoran, sementara pariwisata budaya menyatu dengan arus mahasiswa.
Oxford: Riset sebagai Sumber Daya Baru
University of Oxford adalah jangkar ekonomi Oxfordshire, mempekerjakan 14 ribu staf dan melahirkan spin-off berkelas dunia. Selain sebagai pusat pendidikan, Oxford juga menarik jutaan wisatawan akademik dan heritage.
🌍 Bagaimana dengan NTT?
Sayangnya, kondisi di Nusa Tenggara Timur (NTT) justru berbanding terbalik.
-
Minat rendah masuk universitas di NTT. Banyak calon mahasiswa memilih kuliah di Jawa, Bali, atau luar negeri, dengan alasan kualitas, fasilitas, dan prospek karier yang lebih menjanjikan.
-
Arus keluar besar, arus masuk kecil. Mahasiswa NTT pergi, sementara mahasiswa dari luar sangat sedikit yang memilih kuliah di NTT. Universitas di NTT lebih banyak menjadi pilihan cadangan, bukan tujuan utama.
-
Kampus lokal kehilangan talenta terbaik. Siswa berprestasi dari NTT lebih suka masuk perguruan tinggi bergengsi, nyaman, dan fasilitas lengkap di luar daerah.
-
Ekonomi lokal kehilangan potensi. Padahal, jika NTT bisa menahan lebih banyak mahasiswa lokal dan menarik mahasiswa luar, dampaknya bagi UMKM, sektor perumahan, pariwisata, hingga tenaga kerja akan sangat signifikan.
🏛️ Rekomendasi Konkret untuk Pemerintah Daerah NTT
Agar kampus benar-benar menjadi lokomotif ekonomi di NTT, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
-
Perbaiki Fasilitas dan Infrastruktur Kampus. Universitas di NTT harus memiliki sarana belajar, asrama, internet, laboratorium, dan fasilitas umum yang setara dengan kota-kota besar.
-
Bangun Branding “Kuliah di NTT.” Pemerintah bisa mempromosikan keunggulan lokal: budaya, pariwisata, riset kelautan, peternakan, hingga energi terbarukan sebagai daya tarik unik.
-
Berikan Beasiswa dan Insentif Talenta Lokal. Tahan siswa berprestasi agar tidak keluar dengan memberikan beasiswa bergengsi, ikatan kerja, dan kesempatan riset di daerah.
-
Dorong Kolaborasi dengan Dunia Usaha. Ajak perbankan, BUMN, swasta, dan koperasi untuk mendukung inkubator bisnis, magang, dan penelitian bersama kampus.
-
Integrasikan dengan Sektor Pariwisata. NTT sudah terkenal dengan Labuan Bajo, Komodo, dan Sumba. Jika digabung dengan event akademik, NTT bisa menjadi destinasi wisata akademik dan ilmiah.
✅ Jika pemerintah daerah di NTT melek peran kampus, kampus bisa menjadi lokomotif ekonomi baru di tengah keterbatasan industri besar. Namun, hal ini hanya mungkin jika pemerintah berani membalik situasi: dari daerah pengirim mahasiswa, menjadi daerah tujuan studi.
Kampus bukan sekadar pencetak sarjana, tetapi bisa menjadi pusat UMKM lokal, pariwisata akademik, startup inovatif, dan retensi talenta muda. Kampus adalah jangkar ekonomi yang potensinya bisa dimaksimalkan dengan dukungan kebijakan pemerintah daerah. Dengan kebijakan yang tepat, kampus tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan kesejahteraan masyarakat.





.png)