-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tenun, Tari, dan Arwah Leluhur: Menyelami Kehidupan Budaya Suku Sabu di Ujung Timur Indonesia

Selasa, 17 Juni 2025 | Selasa, Juni 17, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-05T04:08:37Z

 Sabu Raijua, NTT, Morgantaranews.com — Di balik ombak Samudra Hindia dan langit yang cerah hampir sepanjang tahun, tersembunyi kehidupan yang sarat filosofi dan warna dari Suku Sabu, masyarakat adat yang mendiami Kepulauan Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur.

Suku ini dikenal tidak hanya karena tenunan ikat khas mereka yang bernuansa gelap dan simbolis, tetapi juga karena tata hidup adat yang masih dijalankan dengan ketat, bahkan di tengah gempuran modernisasi.

Tenun Sebagai Identitas dan Bahasa Simbolik

Tenun ikat Sabu bukan sekadar karya seni—ia adalah identitas, status sosial, dan komunikasi simbolik dengan leluhur. Motif-motif seperti Huwata (ular), Lodo (kuda), dan Dai (matahari) menjadi bagian dari narasi kehidupan masyarakat Sabu.

“Setiap tenun punya arti, punya cerita. Kami tidak hanya menenun kain, tapi juga menenun hubungan dengan leluhur,” ujar Mama Yohana, penenun senior di Desa Rae Sabu.

Upacara Adat: Hubungan dengan Leluhur Tak Pernah Putus

Ritual seperti "Wulla Poddu" dan "Heba Wutu" masih dilakukan secara turun-temurun, menandakan hubungan erat masyarakat Sabu dengan siklus alam dan dunia roh. Rumah adat mereka, yang disebut "Lopo", menjadi pusat aktivitas budaya dan spiritual.

Pemimpin adat, atau "Mone Ama", berperan sentral dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal dan menyelesaikan masalah sosial dengan pendekatan kosmologis.

Gaya Hidup: Harmoni, Alam, dan Komunalitas

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Sabu hidup dalam semangat komunalitas yang tinggi. Mereka saling bantu dalam bertani, membangun rumah, hingga dalam prosesi kematian. Pangan lokal seperti jagung titi, kelapa parut, dan minuman khas sopi juga menjadi bagian dari gaya hidup yang lestari.

Tantangan Modernisasi

Meski banyak anak muda kini merantau ke Kupang dan Bali, sejumlah komunitas adat berusaha mempertahankan budaya melalui festival budaya tahunan, kelas tenun untuk anak muda, dan digitalisasi cerita rakyat Sabu melalui media sosial.

Pemerintah daerah bersama LSM budaya kini tengah mengupayakan pengusulan Tenun Sabu sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional.


Di tengah arus globalisasi, kisah Suku Sabu menjadi pengingat bahwa budaya bukan sekadar masa lalu, melainkan nafas yang membentuk jati diri bangsa.






Insert: Insanbumimandiri.org, Historia, Times Indonesia

×
Berita Terbaru Update