Oleh:
Dr.drh.Petrus Malo Bulu,MVSc
Di balik aktivitas sehari-hari di rumah, ladang, atau gudang, ancaman mematikan bisa mengintai dari hewan yang sering dianggap sepele: tikus. Hewan pengerat ini merupakan pembawa hantavirus, kelompok virus berbahaya yang dapat menimbulkan dua penyakit serius pada manusia, yaitu Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). Kasus pertama terkonfirmasi di Kota Kupang.
Apa Itu Hantavirus dan HFRS?
HFRS (Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome) adalah penyakit akibat infeksi hantavirus yang menyerang ginjal dan sistem pembuluh darah. Penyakit ini umumnya ditemukan di Asia dan Eropa, termasuk Indonesia. Virus ditularkan ke manusia melalui paparan urin, feses, atau air liur tikus yang terinfeksi. Penularan bisa terjadi saat seseorang menghirup partikel udara terkontaminasi, menyentuh benda tercemar, atau tergigit tikus—meski jarang.
Gejala dan Dampak Infeksi
Gejala HFRS muncul bertahap dalam beberapa fase:
-
Demam tinggi, sakit kepala hebat, nyeri punggung, mual, dan mata merah.
-
Tekanan darah menurun drastis hingga bisa menyebabkan syok.
-
Fungsi ginjal menurun, bahkan berhenti memproduksi urin.
-
Fase penyembuhan ditandai dengan produksi urin berlebihan dan kelelahan ekstrem.
Jika tidak ditangani, infeksi dapat menyebabkan gagal ginjal akut, perdarahan hebat, bahkan kematian, dengan tingkat fatalitas mencapai 15% pada jenis virus tertentu seperti Hantaan virus.
Jenis-Jenis Hantavirus
Terdapat puluhan jenis hantavirus di dunia, namun hanya beberapa yang berbahaya bagi manusia. Jenis-jenis ini dibagi berdasarkan penyakit yang ditimbulkan dan lokasi geografis:
Jenis Penyebab HFRS (penyebaran di Asia & Eropa)
-
Hantaan virus – Paling berat, ditemukan di Asia Timur.
-
Seoul virus – Umum di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
-
Dobrava, Puumala, Saaremaa virus – Ditemukan di berbagai bagian Eropa.
Jenis Penyebab HPS (Penyebaran di Amerika)
-
Sin Nombre virus – Amerika Serikat, sangat mematikan.
-
Andes virus – Amerika Selatan, bisa menular antar manusia.
-
Bayou, Laguna Negra, Black Creek Canal virus – Sebagian besar ditemukan di wilayah Amerika Selatan dan Tenggara AS.
Pencegahan Lebih Baik daripada Pengobatan
Hingga kini, belum ada obat antivirus khusus untuk HFRS. Penanganan bersifat suportif, seperti pemberian cairan, perawatan intensif, dan dialisis jika ginjal gagal berfungsi.
Oleh karena itu, pencegahan sangat penting:
-
Jaga kebersihan rumah dan lingkungan agar bebas dari tikus.
-
Simpan makanan dalam wadah tertutup.
-
Gunakan masker dan sarung tangan saat membersihkan area yang mungkin terkontaminasi.
-
Hindari aktivitas di area berisiko tanpa pelindung.
Kasus Positif Pertama Dikonfirmasi di Kota Kupang
Pada 23 Mei 2025, seorang wanita usia 67 tahun asal BTN Kolhua, Kecamatan Maulafa – Kota Kupang, dinyatakan positif Hantavirus setelah dirawat di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Hasil uji laboratorium dari BBLKL Salatiga mengonfirmasi kasus Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS).
Tindak lanjut dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT mengungkap bahwa dari 24 ekor tikus yang ditangkap, 2 di antaranya positif Hantavirus dan 2 lainnya positif Leptospira, baik dari lokasi rumah pasien maupun pasar di Kota Kupang. Ini menunjukkan bahwa virus ini memang sudah berada di lingkungan masyarakat Kupang.
Imbauan dan Langkah Pencegahan Bagi Masyarakat
Berdasarkan pemberitahuan resmi dari Pemerintah Provinsi NTT, masyarakat diimbau untuk:
-
Waspada terhadap gejala awal seperti demam tinggi, nyeri tubuh, gangguan ginjal atau pernapasan.
-
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, hindari tumpukan sampah dan makanan terbuka yang bisa mengundang tikus.
-
Menghindari kontak langsung dengan tikus atau kotorannya.
-
Mendukung program pengendalian tikus dan sanitasi lingkungan yang sedang dijalankan Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat.
-
Segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala mencurigakan.